Rabu, Juni 11, 2008

KENAIKAN BBM ; DERITA RAKYAT

(UPAYA UNTUK MEMBONGKAR KEBOHONGAN PUBLIK)
Oleh : Herdiansyah "Castro" Hamzah

Pengantar
Judul diatas tentu membuat makna tersirat akan arti penting suatu komoditas energi dasar yang kita sebut Bahan Bakar Minyak (BBM). Indonesia sendiri merupakan salah satu Negara pengekspor minyak dunia, yang tergabung dalam OPEC. Pada era tahun 80-an, bahkan Indonesia mendapatkan berkah yang sangat melimpah ketika tingkat harga minyak mentah dunia mengalami kenaikan . Namun sekarang, siapa yang menyangka bahwa justru Negara kita termasuk salah satu dari sekian banyak Negara yang paling panik dan gelisah dengan kenaikan harga minyak mentah dunia. Hingga hingga detik ini, kisaran harga minyak mentah dunia telah mencapai angka US $ 120/barel atau sekitar Rp. 1.116.000,-/barel atau Rp. 7018,-/liter . Logika-nya, sebagai Negara penghasil dan pengekspor minyak, seharusnya Negara kita mendapatkan keuntungan yang berlipat ganda dengan kenaikan harga minyak mentah dunia ini. Namun yang terjadi justru sebaliknya, Negara kita justru defisit. Jadi sekalipun Bangsa Indonesia memiliki sedikitnya 329 Blok/Sumber Migas dengan lahan seluas 95 juta hektar (separuh luas daratan Indonesia) dengan cadangan minyak yang diperkirakan mencapai 250 sampai dengan 300 miliar barel (hampir setara dengan Arab Saudi sebagai produsen minyak terbesar di dunia saat ini) dengan total produksi minyak mentah hari ini mencapai 1 juta barel per hari atau 159 juta liter per hari, tetap tidak bermanfaat bagi kehidupan Rakyat Indonesia, jika masyarakat dipaksa untuk membeli mahal asset alam kita sendiri.

Kebijakan yang Irasional
Kenaikan harga minyak mentah dunia, menuntut Pemerintah untuk buru-buru mengkampanyekan situasi ini yang dianggap membahayakan anggaran Negara jika tidak diantisipasi secepat mungkin. Asumsi pemerintah mengatakan bahwa, semakin melonjaknya harga minyak mentah dunia tersebut, akan menyebabkan kenaikan subsidi dalam negeri sebesar 21,4 trilyun rupiah, sementara negara tidak mempunyai anggaran, sehingga mau tidak mau, harga BBM dalam negeri harus di naikan sesuai dengan harga BBM Internasional. Dewasa ini, pemerintah sering melontarkan pernyataan sebagai upaya pembenaran tindakan untuk menaikkan harga BBM ini. Namun apakah pernyataan tersebut sesuai dengan fakta, atau justru menjadi sebuah bentuk kebohongan terhadap masyarakat. Mari kita lihat satu persatu. Pertama, pemerintah selalu mengatakan bahwa harga BBM Indonesia adalah yang termurah dibandingkan Negara-negara lain. Kenyataannya di Venezuela, harga bensin hanya seharga Rp. 460,-/liter, di Turkmenistan hanya sekitar Rp. 736,-/liter, Iran sebesar Rp. 825,-/liter, dan Nigeria hanya Rp. 920,-/liter . Bandingkan dengan harga bensin dalam negeri kita yang mencapai Rp. 4.500,-/liter, tentu sangat tidak realistis bagi sebuah Negara pengekspor minyak seperti Indonesia, yang seharusnya mampu mneyediakan layanan harga BBM yang lebih murah bagi masyaratnya. Pada sisi yang lain, pernyataan bahwa harga minyak kita adalah yang paling murah juga terbantahkan dengan tingkat harga Pertamax Negara kita sebesar Rp 8.700/liter yang lebih mahal daripada harga bensin di AS (importir minyak terbesar) yang hanya Rp 8.464/liter. Padahal penghasilan rakyat AS sekitar US$ 37 ribu per tahun sementara Indonesia cuma US$ 810/tahun . Tentu kondisi ini tidak bisa dijadikan tolak ukur sama sekali, sebab tingkat pendapatan penduduk perkapita, juga turut menentukan harga jual minyak suatu Negara. Kedua, pemerintah selalu mengasumsikan kenaikan harga minyak dunia, sebagai ancaman terhadap angaran Negara dalam APBN, terutama menyangkut pembengkakan anggaran untuk subsidi sector publik (baca ; BBM). Pemerintah berujar bahwa Negara akan menanggung rugi hingga Rp. 123 trilyun per tahun jika harga BBM tidak naik. Padahal kenyataannya pemerintah dengan harga minyak Internasional mencapai US$ 125/barrel tetap untung Rp 165 trilyun per tahun jika manajemennya benar karena impor sebenarnya kurang dari 20% kebutuhan minyak kita. Seperti yang kita ketahui, bahwa kebutuhan konsumsi minyak dalam negeri kita mencapai 1,2 juta bph, sedangkan produksi minyak kita sekitar 1 juta bph. Jadi yang kita impor sekitar 0,2 juta bph. Hitung-hitungannya, Jika harga minyak Internasional US$ 125/barrel dengan jumlah impor 200 ribu bph, maka pemerintah Indonesia dengan harga minyak Rp 4.500/liter (atau sekitar US$ 77/barol) akan mendapatkan keuntungan sebesar US$ 49,4 juta per hari atau sekitar Rp 165,8 Trilyun dalam setahun (dengan kurs 1US$ = Rp 9.200,-). Jadi, suatu pembohongan publik jika dikatakan Negara kita rugi Rp 123 Trilyun!. Ketiga, pemerintah selalu menuding rakyat-nya sendiri sebagai rakyat yang sangat boros menggunakan BBM. Bahkan kampanye upaya penghematan diberbagai media cetak maupun elektronik, sangat gencar dilakukan. Padahal, jika dibandingkan dengan Negara lain, masalah pemborosan minyak, Indonesia berada dirangking 116 di bawah Negara-negara Afrika seperti Namibia dan Botswana. Keempat, dan ini bagian yang paling menarik, yakni ; pemerintah selalu mengatakan bahwa tingkat subsidi yang tinggi terhadap BBM, hanya akan membantu golongan kaya di Negara kita. Bahkan Wakil presiden, Yusuf Kalla, mengkritik para pendemo anti kenaikan BBM, sebagai kelompok yang memperjuangkan orang kaya. Pertanyaannya kemudian adalah, “apakah mayoritas orang miskin tidak menggunakan BBM?”. Hanya mereka yang tidak tahu keadaan orang miskin yang akan mengatakan tidak!!!. Pengguna BBM justru adalah mayoritas orang miskin, semisal ; supir bus, metromini, mikrolet, supir pengangkut barang, nelayan, tukang ojek dll. Bukankah jika BBM naik, mereka yang akan dirugikan?. Bukankah jika BBM naik, maka harga kebutuhan pokok, produksi barang, dll juga akan menyesuaikan harga, siapa yang akan rugi kalo bukan orang miskin. Bukankah jika harga BBM naik, maka tarif angkutan umum juga akan ikut naik, dan siapa yang akan dirugikan jika bukan penumpang yang mayoritas adalah mereka yang miskin. Mobil mewah yang beredar dinegara kita hanya sekitar 5 % dari total kendaraan, atau sekitar 10 juta saja. Bandingkan dengan kendaraan seperti motor, angkutan umum dll yang notabene digunakan oleh mayoritas rakyat Indonesia. Maka dari itu, pernyataan pemerintah yang berdalih jika BBM naik maka akan menyelematkan orang miskin, perlu dipertanyakan, sebab kenaikan BBM justru akan semakin membuat barisan kemiskinan dan pengangguran semakin panjang. Menurut Direktur Eksekutif Lembaga Kajian Reformasi Pertambangan dan Energi Pri Agung Rakhmanto, (Kompas, (7/5), kenaikan harga BBM sebesar 30 persen berpotensi mengakibatkan orang miskin bertambah sebesar 8,55 persen atau sekitar 15,68 juta jiwa.

Mengapa Harga Minyak Dunia Semakin Mahal?
Pertama, over konsumtif. Dalam artian, tingkat konsumsi minyak yang semakin tinggi oleh Negara-negara maju seperti Amerika yang mencapai 20,59 juta barel per hari, Jepang sebesar 5,22 juta barel per hari, Rusia sebasar 3,10 juta barel per hari, dll. Disamping itu, komsumsi minyak juga semakin meningkat di Negara-negara yang sedang mengalami fase pertumbuhan ekonomi drastis seperti India sebesar 2,53 juta barel per hari maupun Cina sebesar 7,27 juta barel per hari. Ini berarti, total produksi minyak internasional akan lebih banyak diserap dan digunakan oleh Negara-negara tersebut sehinga mengakibatkan distribusi minyak dunia semakin tidak merata. Secara ekonomis, ini menandakan bahwa suplay and demand menjadi tidak seimbang dimana tingkat permintaan minyak jauh lebih tingggi dibandingkan tingkat pewarannya. Gejolak harga minyak dunia-pun menjadi tidak terbendung. Kedua, Ketidakstabilan politik di Negara-negara penghasil minyak. Kenaikan harga minyak mentah dunia, tentu merupakan perkara yang rumit dan berat. Mengapa tidak, hal ini akan semakin mengakibatkan kegoncangan ekonomi (Economic shock) bagi lalu lintas perdagangan dunia. Salah satu penyebabnya adalah ketidakstabilan politik di Negara-negara pengahasil minyak, terutama di daratan timur tengah. Ketidakstabilan politk ini tentu akan mengahambat maksimalisasi produksi minyak dinegara-negara penghasil minyak, sehingga tidak secara total mampu untuk menutupi tingkat konsumsi minyak dunia. Ketidakstabilan politik ini diakibatkan oleh agresi militer serta tekanan politik dari Negara-negara maju yang dipelopiri oleh Negara adidaya, Amerika Serikat. Bayangkan saja, belum habis cerita soal Afganistan dan Irak yang hingga saat ini terus mengalami krisis politik, kini mata dunia dipertontonkan perseteruan antara Amerika dan Iran soal nuklir yang tak habis-habisnya. Belum lagi upaya Amerika untuk terus menekan Venezuela (Negara penghasil minyak terbesar keempat dunia) dengan upaya menggungcang pemerintahan Chavez hingga kini, yang secara tegas menolak kebijakan ekonomi pasar bebas Amerika. Ketidakstabilan politik dari Negara-negara penghasil minyak dunia inilah salah satu penyebab mengapa harga minyak dunia terus melambung tinggi tak terkendali .

Kenaikan BBM ; opsi terakhir ataukah satu-satunya pilihan?
Yang patut kita cermati adalah, sepintas pemerintahan terdengar berupaya untuk meyakinkan masyarakat bahwa’ “Kenaikan harga BBM merupakan opsi terakhir yang akan dilakukan”. Pertanyaan kemudian muncul, lantas opsi apa yang akan dilakukan oleh pemerintah jika memang BBM tidak dinakkan?. Atau adakah alternatif lain selain menaikkan harga BBM yang dimiliki oleh pemerintah sekarang ini?. Pemerintah memang sudah seharusnya dituntut untuk lebih transparan dalam mengambil sebuah kebijakan publik (public policy), terlebih jika kebijakan tersebut dipandang akan sangat merugikan masyarakat luas. Selama ini, pemerintah terkesan hanya menawarkan solusi yang tidak menyentuh akar persaolan, semisal ; kampanye penghematan energi, konversi energy minyak ke gas, atau bahkan himbauan terhadap para pejabat untuk hidup lebih sederhana. Akan tetapi, mengingat kompleksnya persoalan minyak ini, pemerintah seharusnya menyiapkan suatu kebijakan ekonomi dan politik kongkrit yang tidak merugikan masyarakat. Beberapa alternatif solusi yang sebenarnya bisa dilakukan oleh pemerintah adalah; Pertama, pembatasan anggaran pejabat Negara dalam belanja rutin APBN semisal anggaran perjalanan dinas keluar negeri, permahan, hingga fasilitas anggota DPR/DPD dan pejabat eksekutif yang tidak penting lainnya. Termasuk upaya untuk memotong gaji para pejabat mulai dari tingkat pusat hingga daerah, jika perlu gaji tersebut harus mengacu pada upah minimum yanga ada. Hal ini juga dilakukan oleh Negara-negara pro-rakyat seperti Venezuela, Kuba, Iran dll. Disamping itu, pemotongan gaji penjabat ini, juga akan secara langsung memberikan pelajaran bagi para pejabat untuk tutur serta untuk ikut merasakan penderitaan rakyat. Kedua, pengambil alihan perusahaan-perusahaan minyak dan gas (migas) Negara yang selama ini telah dikuasai oleh pihak asing. Seperti yang kita ketahui bahwa pemberitaan selama ini selalu menuding tingkat produksi minyak kita sebagai biang keladi kenaikan harga minyak dalam negeri. Sebenarnya, tingkat produksi kita tidak menurun, namun perusahaan asinglah (TNC/MNC) yang banyak menyerap kekayaan minyak kita ketimbang Negara kita sendiri. Ketiga, penghapusan hutang Negara yang dinilai terlalu banyak memakan budget APBN.

Jika pemerintah tetap tak bergeming untuk menaikkan harga BBM dalam negeri, maka sekali lagi rakyat-lah yang akan menjadi korban. Rakyat-lah yang akan menanggung bebab ekonomi yang kian hari kian sulit. Sudah bisa dipastikan tanpa harus diperdebatkan lagi, bahwa jika harga BBM naik, maka yang akan terjadi adalah, orang miskin akan semakin miskin, dan orang kaya akan semakin diuntungkan. Maka pilihan rakyat untuk mengorganisir diri demi menolak rencana kenaikan BBM ini, adalah hal yang wajar dan memang harus dilakukan.

*Penulis adalah anggota PRP Samarinda

2 komentar:

fnpbi_prm_kaltim mengatakan...

FRONT NASIONAL PERJUANGAN BURUH INDONESIA
POLITIK RAKYAT MISKIN
FNPBI – PRM KALIMANTAN TIMUR
Jl. Sejati Gg. Delima Rt. 37 No. 18 Sei Kerbau Samarinda
Sekber KPRM-KALTIM: JL. Pemuda II Komplek Pendawa Blok II No. 68 Samarinda Hp: 0852 46344955

No:06/Stetmen/FNPBI-PRM/KALTIM/11/VI/08
Prihal: Stetmen Kecaman Terhadap
INTIMIDASI YANG DI ALAMI KAWAN-KAWAN KPRM KOTA BONTANG

AYO RAKYAT MISKIN BERSATU
LAWAN PENJAJAHAN ASING DAN ANTEK-ANTEKNYA !!!
Respon Intimidasi Aparat Kepada Aktivis HMB-Reformasi dan KPRM Kota Bontang

Berita yang kami terima (Lewat SMS 11 juni 2008, 12;39;25).

SEBAR: Militer sebagai salah satu biang kerok kenaikan harga BBM dan musuh Demokrasi. Kawan Ichal (aktivis KPRM Kota Bontang) telah di intimidasi Oleh Polres Kota Bontang. Kawan Ichal sebelumnya mengundang FPN di samarinda untuk terlibat aksi di bontang pada tanggal 15 juni 2008, dalam moment kedatangan SBY dan latihan Militer se-Indonesia di jalur kota Bontang.
Saat melakukan Pengorganisiran di kampong-kampung dan pelajar-pelajar, tanggal 10 juni 2008 malam kawan ichal di panggil oleh Polres Bontang untuk TIDAK menggelar AKSI FPN.

Pandangan dan Sikap Kami:
Sejak ratusan tahun yang lalu, bangsa kita, bangsa Indonesia telah mengangkat panji-panji perlawanan terhadap penjajahan bangsa asing; seperti Portugis, Inggris, Belanda, Amerika dan bahkan terhadap Jepang, yang datang ke Indonesia untuk merampas kekayaan alam, memeras keringat rakyat Indonesia demi kemakmuran mereka sendiri, dan dengan perlawanan yang gigih dari para pemuda/pemudi militan seperti Tirto Adi Suryo, RA Kartini, Semaun, hingga Sukarno-bersama dengan gerakan massa rakyat yang terorganisir- akhirnya bangsa kita bisa melepaskan diri dari penjajahan dan semangat anti penjajahan itu terus berlanjut selama masa Orde Lama, dimana suasana anti penjahan nampak dalam semua sisi kehidupan kita. Kita menjadi bangsa yang berdaulat secara politik,mandiri secara ekonomi dan bangga dengan kebudayaan kita sendiri.
Namun selanjutnya, sejarah berputar balik, dibawah komando Soeharto–beserta Tentara, Sekber Golkar dan Milisi-Milisi sipil yang dilatih Tentara dan dengan dukungan Amerika, Inggris–yang sedari awal berkepentingan untuk menjarah kekayaan alam kita,menghisap rakyat Indonesia namun selalu mendapat tantangan dari kekuatan rakyat dibawah komando Soekarno. Soekarno dan kekuatan rakyat anti penjajah di bantai, dan munculnya kekuatan politik Orde Baru, yang dengan cepat mengembalikan situasi bangsa kita kembali ke jaman penjajahan. Kita tidak lagi berdaulat secara politik, kita tidak lagi mandiri secara ekonomi dan kita tidak lagi bangga dengan budaya kita. Orde Baru sebagai kacung menyerahkan bangsa kita, rakyat kita kedalam cengkraman Negara-Negara Penjajah lagi; Amerika, Inggris, Australia, Jepang dan lain-lain
Dampaknya bagi rakyat Indonesia adalah terjajah kembali; Tanah-tanah petani dirampas demi modal asing dan antek-anteknya, upah murah demi modal asing dan antek-anteknya, sekolah mahal demi modal asing dan antek-anteknya, kesehatan mahal demi modal asing dan antek-anteknya, bahkan karena semua demi modal asing dan antek-anteknya, maka jutaan rakyat menjadi pengangguran dan sebagaian orang yang menjadi antek modal asing, sangat kaya raya. Hingga sekarang situasi itu terus terjadi, rakyat Indonesia terus terjajah, karena pemerintah pasca Soeharto yakni Habibie, Gus Dur, Megawati dan SBY-JK, ternyata juga bukan pemerintahan yang berani melawan penjajahan asing, bahkan menjadi antek penjajah.
Hutang Luar Negeri yang sekarang menjadi jebakan bagi bangsa kita untuk menyerahkan seluruh kekayaan ekonomi dan bahkan menggadaikan kedaulatan politik, tidak berani dihentikan pembayarannya oleh SBY-KALLA, tidak berani dihentikan pembayarannya oleh SEMUA PARTAI YANG ADA di PARLEMEN.
Telah 10 tahun proses reformasi berjalan, namun ternyata belum juga membawa kesejahteraan bagi kita kaum buruh dan rakyat mayoritas, Sekali lagi kita melihat bentuk-bentuk kekerasan, yang sangat jelas memperlihatkan watak sejati Rezim hari ini yang tumbuh dari embrio yang katanya demokrasi namun ternyata anti terhadap demokrasi. Bentuk refresifnya aparat–aparat keamanan seperti polisi dan tentara yang merupakan refresentasi dari instrument negara baru-baru ini pada Aksi-Aksi Penolakan Kenaikan BBM adalah semakin membuktikan bahwa rezim kali ini tak jauh beda dengan rezim diktator Soeharto, yang lebih mengedepankan cara-cara militer dan cara–cara preman terhadap aktivitas demokratis yang dilakukan rakyat.
Kehidupan demokratis masih jauh dari harapan rakyat banyak, di tengah Semakin massifnya agenda–agenda kapitalis yang dijalankan oleh RezimSBY–JK, APARAT KEPOLISIAN yang KATANYA sekarang bukan unsur MILITER tapi SIPIL. Kembali menunjukkan wujud dan watak aslinya yang sebenarnya selalu mengedepankan cara-cara MILITERISTIK dalam menghadapi Gerakan-gerakan Rakyat. Terhadap tindakan intimidasi yang dilakukan oleh aparat kepolisian kota bontang kepada Kawan Ichal (Aktivis HMB-R dan KPRM) Ini, maka kami dengan ini dari Front Nasional Perjuangan Buruh Indonesia -Politik Rakyat Miskin FNPBI-PRM KALTIM dengan tegas MENGECAM tindakan tersebut yang jelas sebuah bentuk anti demokrasi dan dengan segera referesif/ intimidasi aparat harus dihentikan.

Serta kepada seluruh kawan-kawan Gerakan Pro-Demokrasi Kota Bontang Pada Khususnya, FNPBI-PRM KALTIM 100% MENDUKUNG Gerakan yang Kawan-kawan lakukan, Permasalahan negara seperti hapus hutang luar negeri, menasionalisasi Industri–industri dalam negeri, Tolak Kenaikan BBM, Stop Penggusuran, stop PHK – PHK massal DLL harus menjadi agenda bersama dan rutin untuk diteriakkan pada Rezim SBY–JK yang Kapitalistik, Militeristik dan Anti Rakyat Miskin.

Bergerak Bersatu;
LAWAN BIANG KEROK KENAIKAN BBM DAN KESENGSARAAN RAKYAT
PENJAJAHAN MODAL ASING dan DALAM NEGRI;
SISA-SISA ORBA (Golkar & Militer) ELIT POLITIK, REFORMIS GADUNGAN(PARTAI-PARTAI DI-PARLEMEN)

Gulingkan Rezim SBY-JK !!!
Bangun Pemerintahan Rakyat Miskin !!!

Stop Segala Bentuk Refresip Aparat Negara dan Milisi Sipil Terhadap Rakyat
Batalkan Kenaikan Harga BBM dan Turunkan Harga Sembako
Hapuskan Hutang Luar Negeri
Ambil Alih/ Nasionalisasi Industri Tambang dan Migas, Di Bawah Kontrol Rakyat
Tolak Segala Bentuk Privatisasi (RUU/UU/Kepmen) BUMN/ BHMN
Lawan PHK – PHK massal dan Bangun Pabrik Nasional untuk Kesejahteraan Rakyat
Hapus Sistem Kerja Kontrak dan Autsourcing
Upah Murah No !!! Upah Layak Nasional Yes !!!


Samarinda, 11 Juni 2008
FRONT NASIONAL PERJUANGAN BURUH INDONESIA - POLITIK RAKYAT MISKIN
FNPBI – PRM KALIMANTAN TIMUR
Contak Person : Yudi Zakaria (085246344955)

fnpbi_prm_kaltim mengatakan...

BBM NAIK
LAWAN BIANG KEROK KENAIKAN BBM
”(Rencana Kini Menjadi Bencana)”

Indonesia adalah negeri produsen migas, dengan rata-rata produksi minyak mentah sebesar 1 juta bph diluar produksi batu bara dan gas alam. Lantas kenapa BBM harus dinaikkan sementara harga sebelumnya juga sangat sulit untuk dijangkau oleh masyarakat., hal ini pasti menjadi pertanyaan yang mendasar bagi masyarakat awam hari ini. Pokok permasalahannya, pertama, bangsa ini tidak berdaulat atas sumberdaya alam yang dimilikinya. Tercatat dari 60 kontraktor, 5 diantaranya dalam kategori super major, yakni Exxon Mobil, ShellPenzoil, Total Fina Elf, BPAmocoArco, dan CevronTexaco, yang menguasai cadangan minyak 70% dan gas 80 %. Selebihnya masuk kategori Major, seperi Conoco, Repsol, Unocal, Santa Fe, Gulf, Preimer, Lasmo, Inpex menguasai cadangan minyak 18 % dan gas 15 %. “Sedangkan perusahaan independent menguasai cadangan minyak 12 % dan gas 15 %. Ironis memang, tapi inilah nyatanya, kita dipaksa membeli minyak kita sendiri, dari rumah kita sendiri dengan ketentuan harga dari “penjajah” asing. Tidak sampai disana mereka juga membatasi sebatas 500,000 bph yang boleh dikonsumsi bangsa ini, selebihnya itu harus dibawa “pulang” ke negaranya. Mengapa ini sampai terjadi, disebuah Negara yang merdeka dan berdaulat, pastilah menjadi pertanyaan kemudian. Sistem dan pemimpin Negara hari ini sama sekali tidak pro rakyatnya dan tunduk kepada kekuatan (penjajah) modal asing, inilah pokok permasalahan yang kedua. Terbukti tanpa dasar penelaahan kebijakakan objektif dan komprehensif rezim SBY-JK melalui Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral no 12 tahun 2008, tertanggal 23 Mei 2003. Menaikan harga BBM sebesar 28,7%. Tekanan dari pihak (penjajah) modal asing ditambah mentalitas budak yang dimiliki pemimpin negeri ini membutakan mata dan akal budi mereka, atas apa yang akan terjadi selanjutnya kepada 250 juta rakyat dinegeri ini dengan dinaikannya harga BBM.

Dampak Kenaikan BBM
Hampir keseluruhan kegiatan produktif hari ini di topang oleh BBM, mulai dari kegiatan produksi di pabrik-pabrik sampai ke penjual jajan keliling. Artinya semua sektor rakyat akan merasakan imbas kenaikan harga BBM. Laju peningkatan inflasi akan mengakibatkan kenaikan harga-harga barang kebutuhan serta turunnya daya beli masyarakat atas kebutuhan-kebutuhan tersebut. Dan kalau laju inflasi ini tidak di barengi dengan peningkatan pendapatan, alhasil angka kemiskinan akan meroket tajam.

Di sector industri, baik itu jasa, pertambangan maupaun manufactur, kenaikan ongkos produksi mengharuskan pengusaha mencari jalan alternative untuk menjaga target produksi tetap didapat sesuai dengan rencana. Buruh pastilah menjadi korban nomor satu di sector ini. Efisiensi jumlah pekerja (baca: PHK massal) akan berdampak pada peningkatan angka pengangguran di negeri ini, sementara efektifitas kerja, penambahan jam kerja tanpa kompensasi jam kerja tambahan yang bisa menutupi kebutuhan hidup para buruh. Artinya buruh akan semakin menjerit, dipaksa bekerja seperti laiknya binatang oleh pengusaha.
Disektor Pertanian, melonjak harga pupuk, bibt dan biaya produksi membuat para petani tidak bisa lagi berdaulat atas tanahnya. Pelan tapi pasti, satu-persatu akan menjadi buruh tani di atas tanahnya sendiri. Yang mencoba bertahan diatas tanahnya akan selalu terbelit utang dan menjadi sapi perahan lintah darat dipedesaan. Belum lagi ditambah paceklik dittengah-tengah musim yang tak menentu. Singkatnya para petani akan semakin melarat.
Di sector UKM, para pengrajin ini bakalan terancam gulung tikar. Keterbataasan modal ditambah penurunan angka penjualan produk yang drastis dikarenakan sepinya konsumen. Menjadi penyebab utamanya.

Bagaimana dengan sektor informal lainnya, sopir angkot, penarik becak, pedagang asongan, pengamen,dsb. Semuanya semakin terhimpit oleh beban ekonomi yang membengkak. Dapur pun terancam berhenti mengepulkan asap.

MAKA :
Saatnya Rakyat yang menentukan kemana bangsa ini mau di bawa, jangan lagi pernah berfikir bahwa mereka (baca : elite-elite politik parpol peserta pemilu) berniat mengangkat bangsa ini dari keterpurukan, sejarah sudah membuktikan, merekalah orang yang paling bertanggung jawab atas kondisi bangsa hari ini. kita massa rakyat tertindas, buruh tani, kaum miskin kota, nelayan dan intelektual pro rakyat, mampu merumuskan “Jalan baru” untuk sebuah Indonesia baru yang lebih adil dan sejahtera.

AMBIL ALIH INDUSTRI MIGAS, DI BAWAH KONTROL RAKYAT
LAWAN PENJAJAHAN MODAL ASING dan DALAM NEGRI;
SISA-SISA ORBA (Golkar & Militer) ELIT POLITIK, REFORMIS GADUNGAN (PARTAI-PARTAI DI-PARLEMEN)

GULINGKAN REZIM KOMPRADOR SBY-JK
BANGUN PEMERINTAHAN RAKYAT MISKIN / DEWAN-DEWAN RAKYAT

Yudi Zakaria